Text
Bulang Cahaya
Seluruh inti cerita Bulang Cahaya merupakan kilas balik, diceritakan dalam sebuah naskah beraksara Arab Melayu yang baru diterima tokoh Raja Ikhsan dari seorang kawan Belandanya. Cerita mengalir dari naskah beraksara Arab Melayu yang dibaca Raja Ikhsan itu, berbingkai-bingkai dengan kilas balik berlapis-lapis, maju-mundur, maju lagi, mundur lagi, dan seterusnya. Waktu-ceritanya terentang panjang sejak jatuhnya Malaka sampai dikukuhkannya Tengku Abdurrahman menjadi Yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga. Tapi waktu-cerita utamanya adalah masa ketika Kerajaan Riau-Lingga berada di bawah kepemimpinan Sultan Mahmud, yang dilantik sebagai sultan dalam usia belum lagi genap 12 tahun. Bahkan, dengan melihat segi-segi yang sangat menentukan dari beberapa bagian cerita yang dapat dipandang sebagai inti cerita dengan berbagai konflik dan intrik politik internal keluarga kerajaan, waktu-cerita utama bisa dipersempit lagi, yaitu dari masa Raja Djaafar masih remaja —ketika cintanya pada Tengku Buntat mulai bersemi— sampai kelak ketika dia sebagai Yang Dipertuan Muda Kerajaan Riau-Lingga mengukuhkan Tengku Abdurrahman menjadi sultan Kerajaan Riau-Lingga menggantikan ayahnya, Sultan Mahmud, yang belum lama mangkat. Dalam waktu-cerita yang lebih pendek ini, bertemulah dua sosok penting Kerajaan Riau-Lingga, yaitu Yang Dipertuan Besar Mahmud Syah dan Yang Dipertuan Muda Raja Djaafar. Dengan dua waktu-cerita utama itu, segera jelas bahwa tokoh yang tampak menonjol atau ingin ditonjolkan dalam karya fiksi ini adalah Sultan Mahmud dan Raja Djaafar. Tetapi, dalam rangka makalah ini, kacamata pembesar akan digunakan terutama untuk melihat sosok Sultan Mahmud adanya.
B00097 | 813 RID b | (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain