NonFiksi
Cenat cenut matematika : kisah paling mencengangkang dari pelajaran matematika
Aku memang membenci matematika. Dengan semua kerumitan logikanya, slapa yang tak berpotensi membencinya?rnDari dulu. Hari sebelum kemarin.rnKemarin.rnHari ini, sekarang. Dan sampai sesudah hari ini pun, mungkin aku akan tetap membencinya.rnApa sih sebab mendasar kita membenci matematika?rnMemikirkan ulangan matematika yang bisa bikin kepala cenat-cenut?rnAtau rumus-rumusnya yang seabrek bin njelimet bikin kening berkerut kerut? Apa itu karena guru killer yang justru bikin kita galau akut?rnPadahal jika kita bisa memahami sebab mendasar yang menjadi alasan kita tidak suka, kebencian itu pun dapat bermetamorfosis menjadi cinta seperti yang dialami oleh salah seorang matematikawan terpintar di dunia. Itu juga yangrnterjadi dalam kisah-kisah di buku ini: tak ada kebencian abadi untuk matematikarnjika kita dapat mengelolanya.rnBuku ini tidak hanya untuk para siswa, tetapi juga untuk guru, orangtua, mentor atau siapa pun yang tertarik pada matematika. Mereka bisa banyak belajar, berevaluasi diri, dan berkaca pada kisah-kisah yang dialami para penulis yang kesemuanya berhubungan dengan matematika. Seperti kisah ketertarikan penulis terhadap matematika, kiat-kiat mengajar dan belajar matematika yang menyenangkan, serta berbagai hal menarik yang mungkin luput dari perhatian kita walaupun sering kita alami dalam detik kehidupan kita bersama matematika.rnPada akhirnya kita tidak dapat mengelak, bahwa dalam kebencian terhadap matematika itu sebenarnya kita memendam kecintaan terhadapnya.
B02862 | 512 NUN c | (500) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain