NonFiksi
Mereka yang menjadi korban
Erangan kesakitan di halaman-halaman buku ini tidak pernah disuarakan oleh korban yang paling menderita dan sclama berabad-abad mereka terdiam membisu. Di man asasi manusia telah diinjak-injak cara kejam, di sanalah kebisuan dan kepasitan merajalela, tidak meninggalkan jejak dalam sejarah, karena pun hak sejarah hanya mencatat perkataan dan perbuatan mereka yang mamps meskipun hanya sekelumit mengatur nasib mereka sendiri, atau paling tidak mencoba berbuat demikian Masih sangat banyak dan kini pun demikian pria, wanita, dan anak-anak yang sebagai akibat kemiskinan, teror, atau kebohongan, telah dipaksa melupakan martabat yang sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari diri mereka, atau dibuat untuk melepaskan usaha-usaha untuk menjamin pengakuan terhadap martabat itu oleh yang lain. Mereka membisu, Kebanyakan korban yang mengeluh dan didengarkan adalah yang bernasib mujurrnrnBuku ini merupakan laporan dari hasil studi yang dilakukan Mr. Theo van Boven, seorang pelapor khusus PBB. Buku ini hadir dengan harapan bahwa wacana hak asasi manusia semakin menemukan bentuknya yang elegan dalam perjuangan demokratisasi di negeri ini. Konsep hak asasi manusia adalah elemen inti dari demokrasi itu sendiri. Baik konsep hak asasi manusia maupun demokrasi sama-sama menolak setiap sikap (entah terbahasakan dalam berbagai cara) yang merendahkan harkat dan martabat manusia. Keadilan harus ditegakkan. Korban harus dipulihkan dan dihormati. Itulah pesan utama buku ini dalam praktek kehidupan kita ke depan terutama di masa transisi ini. Bagi setiap nurani yang terusik dan juga bagi yang tumpul tatkala menyaksikan korban berjatuhan di bawah tahta ketidakadilan, buku ini hadir menjadi pemacu semangat dan penyejuk kemarahan agar tidak takabur.rn
B02146 | 323.4 BOV m | (300) | Tersedia |
N00129 | 323.4 BOV m | (300) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain